Jeritan Hati Anak Petani
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Sepenggal lagu yang menggambarkan bahwa penduduk negeri ini mayoritas adalah petani. Dimana mata pencahariaan mereka adalah bercocok tanam. Mereka membutuhkan air waktu bertanam, membutuhkan pupuk jika padi mulai tumbuh agar menghasilkan padi yang berkualitas super.
Tapi masalah rutin selalu terjadi saat musim tanam tiba, yaitu pupuk langka dan harganya melambung tinggi. Sepertinya persoalan ini telah menjadi sebuah agenda tahunan di sentra pertanian seluruh negeri ini, yang membuat para petani semakin tercekik dengan keadaan ini. Keadaan petani diibaratkan bagai sebuah kiasan “besar pasak dari pada tiang” yang mana bisa kita lihat biaya yang dikeluarkan para petani untuk merawat tanamannya cukup malah, sedangkan padi hasil panen harganya selalu dibawah standar. Pemerintah pun tidak pernah bisa membuat perubahan atas kejadian ini.
Para petani di desa kami mengaku pasrah dengan keadaan ini. Seharusnya mereka telah memupuk padinya karena telah berumur satu bulan, tapi apa daya keadaan ini yang memaksa mereka hanya bisa melihat tanaman padinya tumbuh kurang sehat.
Entah siapa yang bermain hingga pupuk selalu langka, yang pasti penyalur pupuk juga tidak pernah tahu. Lemahnya pengawasan dan disparitas harga pupuk bersubsidi diakui penyebab pupuk langka. Apakah masih ada orang yang selalu mencari kesempatan dalam kesusahan ditengah-tengah keadaan masyarakat yang kian terpuruk dengan adanya tiga kali kenaikan BBM selama pemerintahan pak SBY-JK?
Apakah mereka tidak punya hati nurani dengan keadaan ini, apakah mereka tidak pernah berfikir bagaimana jerih payah petani menghasilkan beras yang mereka makan? hedonisme dan individulisme telah melekat kuat dalam sanubari bangsa ini.
Sudah seharusnya masalah tahunan ini bisa diselesaikkan pemerintah. Mengingat pupuk salah satu produk yang mendapatkan subsidi dari pemerintah yang rawan penyelewengan dan nasib petani yang selalu merugi disetiap panennya.
Apakah keadaan ini akan terulang kembali musim tanam akan datang? PASTI
June 7th, 2008 at 2:33 pm
sejak dulu hingga sekarang, nasib petani ndak pernah berubah, mas slot online terbaik terpercaya 1 di indonesia . sungguh ironis. sebuah negeri agraris, tetapi para petani bernasib seperti tikus yang mati di lumbung padi. kalau pemerintah memiliki “political will” utk berpihak pada petani mestinya ada upaya serius utk mengawasi distribusi pupuk yang sering dan sengaja dipermainkan oleh pihak2 tertentu yang ingin mengambil keuntungan. sudah harga pupuk mahal, eh, hasil panen terjual dengan harga yang sangat rendah. semoga *lagi2 hanya bisa bermimpi* pemerintah mulai menjadikan petani sebagai subjek, bukan objek.
June 7th, 2008 at 2:42 pm
dulu kita bisa swasembada pangan, rakyat makmur petani makmur. tapi sesudah itu, ya sudah, petani tidak lagi mendapat perhatian apa-apa lagi. negara agraris tinggal istilah saja. oh Indonesiaku..
June 7th, 2008 at 3:03 pm
kapan ya Indonesia Surplus beras lagi
June 7th, 2008 at 3:07 pm
salam
yap saya juga simak beritanya tadi sore, sedih dan miris itu yang saya rasakan, kadang2 serasa ironi sebagai konsumen saya membeli produk2 pertanian begitu mahalnya tapi saat ke lapangan harga yang diterima itu kecil sekali bahkan tak sanggup menutup biaya produksi ya salah satunya kelangkaan pupuk setiap musim tanam yg membuat harganya melonjak pdhl katanya distribusi dari pabriknya telah di keluarkan, so dimana letak salahnya, penimbunan kah, tataniaganya kah, mengapa masih ada pihak2 yang tega, pantas kaum kecil itu sebenarnya bukan miskin secara alamiah tapi mereka miskin dan susah karena kelembagaan, institusi dalam hal ini pemerintah tak perduli dan kemiskinan struktural lah yang kemudian tercipta *sok tahu saya ya*
June 7th, 2008 at 5:02 pm
sedih n sangat prhatin dgn keadaan bangsa ini….harusnya di negeri ini jg g kenal yg namanya kurang gizi…lbh memiriskan hati kalo ada sodara Qta yg meninggal karena kelaparan…bnr2 sebuah kondisi yg sangat kontradiktif…Tp mau gimana lagi., terlalu banyak org yg hanya memikirkan dirinya sendiri.
June 7th, 2008 at 7:35 pm
Nasib Buruh,Pegawai rendahan, pedagang kelilingan juga pusing lho saat ini
June 8th, 2008 at 11:50 am
hmmm speechless dyehh..
June 9th, 2008 at 5:36 am
waduh… sengsara juga ya..
June 9th, 2008 at 6:37 am
petani…
pekerjaan yang paling merakyat
moga pemimpin kedepan bisa mensejahterakan mereka
tu tugas kita…
sebagai calon pemimpin bangsa kedepan
June 9th, 2008 at 7:14 am
Siip… postingan yang mantab pak… dirumah saya harga pupuk juga mahal…
Petani miskin semakin miskin… sangat ironis dimana jantung kehidupan negara kita di agraris.. harusnya mereka yang paling kaya..
June 9th, 2008 at 8:05 am
sangat miris melihat semua kenyatan tsb,
semoga indonesia terbebas dari keterpurukan
June 9th, 2008 at 8:21 am
kalo yg saya liat, pejabat yg berkuasa cenderung asik sendiri cari aman untuk kantongnya, sementar yg kurang berkuasa asik sendiri celah untuk menjatuhkan lawan sambil lobi kanan-kiri. yg jadi korban ya selalu saja rakyat kecil
June 9th, 2008 at 12:46 pm
kenapa ya
kok kta malah impor beras
padahal tanah kita amatlah luas
June 10th, 2008 at 5:23 am
bingung deh..
mungkin para politisi punya solusi untuk hal ini..
June 10th, 2008 at 12:24 pm
Aku titip bibit saw/kangkung/cabai/dll ke temanku waktu pulang ke Indonesia harganya hampir 1 Euros per sachet. Buatku sih tak mahal, tapi kalo aku bandingkan keadaanku di sini dan petani di indonesia, mahal juga ya harga bibit itu.
June 10th, 2008 at 9:31 pm
kebanyakan mafia di negara agraris ini. eh, masih negara agraris gak sih indonesoa ?
June 10th, 2008 at 11:34 pm
Rakyak (petani) yang tertekan butuh pembela, orang yang tertindas perlu pelindung, masyarakat perlu panutan. Intinya kita butuh pemimpin yang amanah sehingga petani, pedagang atau siapapun dia dapat mempunyai pelindung.
June 11th, 2008 at 8:37 am
tenang saja daf..
pan mau kampanye..
kan ada bekas jendral yang sangat dekat dengan petani
sabar dulu.. sebentar lagi petani pasti sering diangkat..
petani ditempatku dia 100% usaha tani dan tanahnya kebanyakan nyewa.. Alhamudillah sudah naik haji berdua dengan istrinya… jarang nanem padi kecuali untuk konsumsi sendiri, tanaman pokoknya sayuran.
June 11th, 2008 at 12:14 pm
semoga tidak
nyokk , kita berdoa bersama2
June 11th, 2008 at 12:29 pm
Kayaknya Swasembada pangan harus diprogramkan lagi, keluarga berencana juga harus di
di jalankan, supaya kualitas hidup dapat di tingkatkan….
June 12th, 2008 at 3:06 am
denger2 barusan eksport tuh
June 13th, 2008 at 8:02 am
hiks.. sedih ktika mikirin nasib petani, udah susah payah, ditambah dengan kondisi cuaca yg tak menentu, modal berapa , hasil ga seberapa, kapan Indonesia bs menyejahterakan mereka, dan profesi2 lainnya.. *smoga…*
June 16th, 2008 at 4:50 am
kapan yan Indonesia kayak dulu lagi
sampe kelebihan beras
sekarang jadi petani tuh susah
selain pupuk langka, kadang harga di pasaran jatoh banget
saya mungkin dirumah senang-senang saja ketika harga tomat murah, sampe 2000 perak sekilo, saya jadi bisa sering-sering bikin jus tomat
tapi kebayang kan berapa harga tomat yang petani jual pada distributor?
temen saya yang ayhnya bertani sayuran di Pangalengan, Jawa Barat, pernah sampe tomatnya dibeli murah sekali sampe akhirnya dibagi-bagiin ke kita, temen-temen anaknya
sedih ya?
July 25th, 2008 at 4:30 pm
sy ngak gitu ngerti banyak hal soal hidup keluarga petani krn nenek moyang sy dari keluarga pedagang. Tapi menurut yg sy baca, kayaknya, hidup petani susah yah. Tapi sejak dulu kala juga udah susah, jauh sebelum kemerdekaan. Jadi apa bedanya dengan sekarang ?
btw swt, di negeri manapun di atas bumi ini kayaknya nasib petani di jaman milenium akan seperti itu (atau sy salah yah
)