Alasan Untuk Selalu Kembali ke Sembalun Lombok

Januari 4, 2018
6 min read

Alasan Untuk Selalu Kembali ke Sembalun Lombok 2.6 (52%) 5 votes

Ish, koq Sembalun terus sik?

Wait!

Sembalun Lombok Timur memang worth it koq buat selalu dikunjungi lagi, lagi dan lagi. Sembalun telah menjadi wilayah kecamatan sendiri, bersinergi dengan segenap lapisan masyarakat desa plus jajaran pengurus Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (Balai TNGR), spot-spot destinasi wisata di Sembalun semakin berkembang. Yang tadinya terdiri dari dua desa utama yaitu Sembalun Lawang dan Sembalun Bumbung, kecamatan yang berada di lembah dengan barisan perbukitan serta Puncak Anjani –puncak tertinggi TNGR, kini terdiri dari enam desa terpisah. Empat desa lainnya, yaitu desa Sembalun, Bilok Petung, Timba Gading dan Sajang yang terkenal dengan produk kopinya.

Jadi, apa saja sih yang membuat harus kembali ke Sembalun?

Yuk, panteng trip motoran setengah hari saya ini.

Wiken lalu, sepintas saya dengar kakak sulung saya ingin mengambil beberapa kelapa. Sontak saya teringat rasa penasaran saya karena belum mendapatkan view berlatar langit biru bersih di pemandangan dari tanah sawah keluarga di desa Tete Batu Lombok Timur, salah satu desa wisata Lombok. Antusias saya meminta ikut dan usulkan berangkat selepas subuh. Saya ingin berburu kesempatan dapatkan sunrise atau view pagi dengan kemungkinan kabut belum menebal. Nyatanya, subuh telah lewat. Kakak saya baru memutuskan berangkat menjelang siang, hampir waktunya sholat dzuhur di tengah hari. Ringkas kenakan kaos dengan manset lengan panjang plus sendal jepit, bahkan tak kenakan helm, tak sampai setengah jam kami sampai di desa Gelora. Masih 20 menit bermotor lagi ke desa Tete Batu. Eh lho, ternyata kelapanya malah diambil di desa Gelora ini dan mau diantarkan ke Sembalun!

Hah?

Tak bisa berpikir lama, saya tetap memilih ikutan cap cuss. Pengalaman yang lalu, setiap kali tetiba ikut mbolang sama kakak sulung ini, saya selalu dapatkan spot wisata yang justru anti-mainstream. Kira-kira, saya dapatkan spot apalagi yaaa kali ini?

Container Hotel

Sesekali timeline akun-akun medsos saya membagikan indahnya hotel-hotel yang dibuat dari bekas peti kemas. Surprise banget ketika temukan wujud aslinya di Sembalun! Meski masih dalam proses pembangunan, nggak salah dong berbagi informasi awal ini. Ah iya, catet namanya yak! Panorama Rinjani.
Pak Steven atau om Aking, pengusaha yang berani menjadi pioneer pemakaian peti kemas di sebagian kamar hotelnya berkenan mengobrol di sela kesibukannya mengawasi proses pembangunan serta keharusan tanda-tangani kuitansi ini itu. Duh, jadi ndak sabar sendiri menunggu akomodasi model baru di Sembalun ini selesai.

Penginapan di Sembalun

The first and only one container hotel at Sembalun Lombok.

Panorama Rinjani

Om Aking tunjukkan ruang serbaguna. Ingin terapkan konsep all in hotel.

Berlokasi di samping kantor Pos Pengamatan Gunung Api Badan Geologi Kementerian ESDM, pun relatif dekat dari pintu pendakian Rinjani desa Sembalun, Panorama Rinjani berikan warna baru bagi akomodasi di Sembalun. Dilengkapi ruang serba guna, juga mini market serta beberapa kamar standar yang menyatu dengan ruang serbaguna dan mini marketnya.

Penginapan di Sembalun 2

Penginapan lainnya di batas desa Sajang dan Sembalun Lawang.

Agro Wisata

Sudah sering ditawarkan wisata kebun plus petik sendiri strawberry matang nan merah dan segar kan? Sayang, teman kakak saya yang diantarkan kelapa, petak strawberrynya habis disemprot, jadi kurang aman untuk dipetik pada hari itu. Hebatnya, meski sudah memastikan tak masalah jika tak bisa memetik strawberry, tuan rumah berhasil memaksa kami membawa oleh-oleh sekantung besar kentang. Selepas berpamitan dan menyimpan kentang di bagasi motor matic, kakak saya berbelok ke jalan tanah berbatu. Wew, mbolang kemana nih? Dan uwow, jalur ini ternyata berujung di kawasan persawahan dan kebun penduduk desa Sembalun. Agro wisata gratisan nih..:P

Suasana Alami

Jembatan bambu, ujung jalan tanah di mana motor sudah tak bisa lewat lagi.

Wortel Sembalun

Petak tanaman wortel.

Bawang Putih Sembalun

Petak tanaman bawang putih. Ssstt, seumur-umur, saya sekali ini penasaran matahin batang daun bawang putih. Dan iyak, sangirnya mbawang bangetttzzz 😀

Strawberry Sembalun

Petak strawberry berlatar barisan perbukitan.

Ketika berhenti sebentar di gerbang pintu pendakian Rinjani kita dapat melihat satu ikon Sembalun yang masih terjaga sampai saat ini, yaitu bawang putih. Terletak di samping kiri gerbang.

Jalan Raya Desa

Ruas jalan di depan Pos 1 Pintu Pendakian Rinjani desa Sembalun.

Sesaat saya teringat momen-momen wira-wiri di gerbang ini hampir seperempat abad berselang (medio tahun ’95-an). Saat itu agro wisata cabe paprika sedang naik daun. Anak-anak desa Sembalun saat itu terbiasa ngemil berbagai jenis paprika di sela waktu bermain mereka di jalanan desa. Sekarang, saya tak akan terkejut jika anak-anak desa Sembalun ngemil apel merah. Bagaimana bisa? Di halaman rumah rekan kerja kakak saya –Pak Mutaharlin (petugas pos jaga kantor Geologi), tumbuh subur 10 pohon apel merah. Mulai berbuah setelah setahun pertama proses stek batang, apel dengan semburat merah segar ini bisa panen dua kali dalam setahun.

Apel Sembalun

Antusias sendiri membayangkan setiap rumah memiliki pohon apel merah. Uwow..

Anak2 Sembalun

Anak-anak desa Sembalun yang ramah menjawab setiap wisatawan yang tanyakan sesuatu.

Pak Harlin merespon antusiasnya saya dengan mengingatkan untuk berkunjung ulang Oktober nanti. Perkiraan apel merah di halaman rumah beliau sudah ranum dan siap petik, matang di pohon.Duh, menuliskannya ulang saja, saya jadi ngecess lagi..:D

Wisata Adat dan Budaya

Nah, sebenarnya ini dia ‘nyawa’ utama tulisan saya kali ini. Masih dari Pak Harlin, saya dapat informasi bahwa tahun ini akan diadakan lagi upacara adat Ngayu-Ayu. Gawe besar serta rutin Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, dilaksanakan turun temurun sejak 600 ratus tahun lalu. Lingkari kalender kamu di angka 28 Juli yak.

Babad Rinjani atau Samalas

Wisata Sejarah Rinjani, display di kantor Badan Geologi Pos Pemantauan Gunung Berapi Rinjani.

Selain upacara adat, saya pribadi juga terpesona dengan salah satu masjid desa Sembalun. Tepatnya masjid desa Bebante. Lapak-lapak sederhana penjual takjil Ramadhan sudah ramai di sisi kiri kanan ruas jalan raya desa Sembalun dan kami harus bersegera tunaikan sholat Ashar, karena yakin waktu berbuka akan kami lakukan di perjalanan pulang menuju Selong. Masih sekitar dua jam bermotor dari desa Sembalun. Masjid Bebante tidak terlalu luas, namun sentuhan lain pada pilar di tiga sisi teras luar, bangunan toilet dan tempat wudhu pria yang terpisah dengan wanita namun sangat mudah di akses karena terletak dekat dari pintu masuk kompleks masjid, serta beberapa hiasan taman yang tak biasa menjadikan masjid ini sungguh instagramable foto spot.

Masjid Bebante Sembalun

Hiasan taman masjidnya cantik yaaa.

Masjid Bebante Sembalun 2

Putra saya nyeletuk saat edit foto ini, “Ih, kayak permen ya. Aku jadi pengen makan deh”..

Masjid Bebante Sembalun 3

Hiasan yang juga terdapat di bagian dalam kubah masjid.

Selepas bidikan terakhir di pintu keluar masjid Bebante, kakak saya sempatkan berhenti sebentar. Tersisa satu lapak saja, bibi penjual paket mika kecil strawberry, kami bahkan harus abaikan spot Pusuk Pass. Hujan deras ditengah perjalanan menuruni kelokan tajam di area Pusuk Pass kami abaikan. Pun dingin menusuk dan kalahnya sorot lampu motor oleh tebalnya kabut. Benar saja, persis di perempatan pasar Aikmel, adzan maghrib penanda usainya puasa di hari itu berkumandang. Memilih ingin tetap sampai di rumah, kami berbuka dengan beberapa butir kurma. Trip bermotor setengah hari ke Sembalun, bagi saya masih menyisakan banyak kisah lain.

Jalan Raya Desa 2

Jembatan terakhir dengan penanda ‘Selamat Datang di kawasan Pusuk Pass Sembalun’.

Well, dong ayok ke Sembalun lagi..^_^

(Visited 706 times, 1 visits today)